Author: Je Eun (@jingga981016)
Cast:
-Shin Hyoseul
-Choi Siwon
Genre: romance , comedy (Je Eun ga yakin sih)
Rated: T
Disclaimer:
seluruh cast di fanfic ini bukan rekayasa author melainkan milik Allah SWT. Shin Hyoseul eonni adalah teman author. Fanfic ini author buat terinspirasi dari K-Drama “Lie To Me”. Tapi Plot fanfic ini tidak semuanya author ambil dari sana melainkan dari imajinasi author sendiri. udah pernah saya post di blog dan page saya.
no bashing, no plagiarism and do not copy or repost without permission please!
Warning: Typo(s), OOC, etc
Here It Goes,
= HAPPY READING =
“selamat datang di festival musim semi!” seru seorang yeoja sumringah. “wah, Seul-ah! Kerjamu bagus” puji atasannya sambil mengacungkan jempolnya. “iya, daebak!” seru rekan-rekan kerjanya menambahkan. “Ah.. Gamsahabnida!” ucap yeoja yang membawa kamera itu sambil tersenyum.
Festival musim semi tahun ini memang sangat ramai—jauh lebih ramai dari yang sudah-sudah. Tahun ini, bersamaan dengan diadakannya pertemuan antara para menteri, pengusaha perhotelan korea, investor,dan beberapa duta Negara lain. Acara ini diselenggarakan oleh departemen pariwisata dengan bekerjasama dengan ‘Hotel GREAT’—sebuah hotel ternama di Seoul. Tim penyelenggarapun diambil dari beberapa pegawai hotel yang dinilai bagus dalam kerjanya, termasuk Shin Hyoseul—yeoja yang dari tadi dielu-elukan karena ide brilliant-nya. Ya.. dialah orang yang memiliki gagasan untuk membuat pertemuan ‘penting’ itu secara out door.
Sejauh ini pertemuan itu masih berjalan lancar. Sebelum pada akhirnya…
“Shin Agassi, anda tidak lupa menyiapkan proyektor kan? Beberapa saat lagi akan kami pakai. Tapi kenapa belum ada?” Tanya seorang staff pariwisata. Mendengar itu, otak gadis yang memakai kemeja berwarna putih tulang itu pun mencoba memutar otak—mencoba mengingatnya. Seketika matanya membulat mendapati sesuatu terlintas di pikiran nya. “nona, anda mendengarku kan?” Tanya staff itu lagi. “a.. i..iya! tentu saja sudah” ucapnya mantap. ‘gawat! Aku lupa!’ benaknya mengatakan hal yang terbalik dengan apa yang dikatakan bibirnya. “baiklah, segera suruh orangmu memasangnya ya! Kami butuh setelah istirahat nanti” Hyoseul menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengatakan “tenanglah, sebentar lagi siap” sambil memasang senyum manisnya.
‘Ah… bagaimana ini? Ku ambil saja dulu! Semangat! Kau bisa’ gumamnya menyemangati diri sendiri. Ia pun langsung tancap gas menuju kantornya. Ia mengemudi sangat cepat. ‘ini tak beda dengan balap sepeda! Haha’ batinnya. ‘pim..pim..pim..’ klakson mobinya dipencet sesukanya, menyuruh pengguna jalan lain mengalah. ‘ah.. lewat sini saja’ ia mengambil jalur untuk sepeda dan pejalan kaki. “nona.. pelankan laju mobilmu!” teriak seorang pria yang mendapati kertas-kertas yang dibawanya berhamburan setelah dilewati oleh mobilnya. Tak menggubris, ia tetap melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di hotel, ia berlari mencari ruangannya. Mengambil proyektor yang tersimpan dengan baik di almari, lalu berlari menuju mobilnya lagi. ‘ah.. 10 menit lagi’ ucapnya sambil melirik ke kanan-kirinya—berusaha untuk memotong jalan. Tanpa sadar ia hampir menabrak penjual balon keliling. ‘ddorr!’ salah satu balon meletus terserempet bagian samping mobil Hyoseul. “nona.. kau gila ya! Hoy!” sang penjual balon naik darah. “mianhae ahjussi” jawab yeoja itu enteng sambil lalu. Tanpa disadari, ia diikuti mobil polisi lalu lintas. Ia yang sadar langsung mendecak. “ck! Maaf ya, aku hanya tak mau merusak proyekku sendiri” ia pun memutar setir dan memotong jalan sama seperti yang dilakukannya tadi.
“huh huh.. ih.. ini proyektornya!” ucapnya pada rekan kerjanya sambil terengah-engah. “kau ini ceroboh sekali! Sudah mulai dari tadi, kau tau? Kami semua kena marah” jawab rekannya. “nona Shin! Cepat pasang proyektornya!” ucap staff pariwisata penuh amarah. Ia pun segera memasang barang itu dan meminta maaf atas kesalahannya. Sial bagi Hyoseul, polisi berhasil mengikutinya sampai disini. “permisi tuan, kami ingin mencari pemilik mobil ini” ucap salah seorang polisi pada rekan Hyoseul. Ia yang menyadari akan hal itu dengan bodohnya segera berlari. Terjadilah aksi kejar-kejaran ala ‘tom and jerry’ di lokasi festival musim semi. gadis itu pun tak sengaja menabrak salah satu tiang penyangga tenda-tendaan yang sedang digunakan untuk pertemuan itu. Membuatnya miring dan mengacaukan tendanya. Setelah kejadian itu, seluruh peserta rapat itu segera berhamburan keluar. Menteri pariwisata saja nyaris pingsan melihat kondisi saat itu.
***
Shin Hyoseul keluar dari kantor polisi dengan lesu… sangat lesu. Ia mendapat denda yang cukup besar dan SIM nya ditahan untuk beberapa bulan. Ia pun melangkahkan kakinya menuju tempatnya bekerja. Membayangkan apa yang akan dikatakan oleh Kim Heechul—atasannya yang sangat galak tapi kadang sangat baik itu benar-benar menyiksanya. Bagaimana tidak, ia sudah mengacaukan acara sepenting itu. Dia pasti dipecat.
“kau sudah datang? Kau siapkan hatimu ya.. dia terlihat sangat marah” ucap Shin Min Ah, sahabatnya. Tanpa harus bertanya ia sudah tau siapa yang dimaksud Min Ah, ia pun hanya menghela nafasnya tanpa merespon Min Ah.
“Kau sudah tau apa salah mu kan?” Tanya Heechul ketus saat Hyoseul memasuki ruang kerja. “mian” ucapnya takut. “kalau begitu, tulis surat pengunduran diri secepatnya atau kau dipecat!” seru atasannya itu tanpa ampun. Hal ini bahkan sudah terpikir akan diucapkan oleh atasannya itu. “ta..tapi” “tak ada tapi tapi-an! Kalau presdir tau dia akan marah! Mau ditaruh dimana muka ku hah?!” ucap namja cantik itu sambil menggebrak meja. “Ya disitulah, memang mau dimana lagi?” Sela salah seorang rekan kerjanya. “DIAM!!!” gertak sang atasan. Hyoseul hanya menatap rekan-rekan kerjanya. Mereka semua menggeleng, tak ada yang bisa mereka lakukan untuk menolongnya. “Baiklah kalau begitu, PERMISI!” ucapnya sambil meninggikan intonasi di kata terakhir. Ia menutup pintu dengan kasar. Tak terpikir olehnya kalau hal ini akan menjadi sekacau ini.
***
Sore ini, Shin Hyoseul sedang mendengarkan music lewat iPod-nya sambil membaca manga favoritnya. Ayahnya yang baru saja pulang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu. “kau masih bisa santai?” Tanya ayahnya. “hmm?” Hyoseul melepas headset-nya. “aku sudah dengar dari Kim-ssi” jelas sang ayah. Mendengar itu Hyoseul langsung memasang ekspresi sebalnya. “sudahlah, kan sudah ku bilang ikutlah tes PNS, kan kau sendiri yang nekat dengan pilihanmu” ucap sang ayah lagi. “ya! Ayah, aku tak mau jadi seperti ayah! Aku ingin menjadi diriku sendiri. Lagipula aku sekolah di bidang ini dan akhirnya aku hanya menjadi PNS? Lagipula mana mungkin aku mendaftar di departemen pariwisata. Menteri pasti sangat marah padaku” ucap gadis muda itu panjang lebar. “Lalu kau mau apa?” Tanya pria tua itu lagi. “tak tau” jawab sang gadis singkat. “ya! Jawaban macam apa itu?” giliran sang ayah yang mulai sebal. “jawaban seperti itu tadilah, mau seperti apa lagi? Ah… sudahlah! aku pergi dulu. Aku sudah siapkan makan malam, makanlah bila kau belum makan dengan bibi Oh. Kalian kan selalu melupakan ku soal makan malam” celoteh Hyoseul sambil memakai sepatunya. “mau kemana? Ini sudah larut! Anak gadis mana bisa keluar larut malam?” Tanya Sang ayah. “aku mencari udara segar. Ayah, aku sudah berumur 22 tahun. Jangan perlakukan seperti aku anak 15 tahun. Aku pergi dulu ya? Aku menyayangimu ayah..” ucap Hyoseul sambil melangkah keluar rumah. Sang ayah hanya bisa menghela nafas.
“mau kemana ya? Ah ne! ke tempat Minho saja, siapa tau bisa makan ramen gratis di sana. Ah, tapi tak mungkin! Dia kan pelit sekali.. dulu saja aku ambil permennya dia menyuruh untuk menggantinya. Lagipula Minho pasti sudah menutup toko ramennya. Tak mungkin juga aku bisa menginap disana. Taemin, Jonghyun, Key dan Onew semuanya pria. Pasti si tukang game itu menolakku mentah-mentah atau kalau tidak dia pasti meminta ku membayar mahal untuk menginap atau mungkin, ia akan menyuruh ku tidur di luar ” gumam gadis yang sedang berjalan santai itu. “kalau cerita pada bibi Oh, pasti dia akan menceritakannya pada pacarnya dan ayah akan memarahiku karana menganggap ku sudah mengganggu pacarnya. Pasangan tua itu memang menyebalkan!” lanjut gadis itu. “ya sudahlah.. aku jalan dulu saja ”
***
“jadi begitulah event tadi siang tuan muda” ucap seorang pria pada seorang pria tinggi yang jauh lebih muda darinya. Wajahnya memperlihatkan ekspresi ragu akan apa yang sudah dikatakannya tadi. Ia takut bos-nya akan marah besar. Pria di hadapannya itu hanya berdiri tanpa memasang ekspresi. “baiklah, terimakasih tuan Seo” ucap pria muda yang tampan itu datar. “permisi tuan”. Setelah mendapat anggukan dari sang bos, pria tua itu pun segera melangkah keluar dari ruangan itu. Sedang Choi Siwon, sang bos memilih ikut keluar juga dan tancap gas pergi dari kantornya. Sampailah ia di sisi sungai Han yang sangat cantik di malam hari. Ia pun memilih keluar dari mobil dan menghirup udara segar di sekitarnya. Sejenak ia mengingat beberapa hal yang dikatakan oleh ayahnya sebelum ia pulang ke Seoul. “jaga hotel dengan baik! Aku sudah tak mau mengurusnya jadi ku serahkan tanggung jawab sepenuhnya pada mu. Dan cepatlah mencari pacar! Kalau bertemu wanita cantik di mana saja langsung ajak menikah saja, pasti dia tak menolak diajak menikah oleh presdir kaya seperti mu. Teman – teman mu saja selalu membawa kekasihnya kemana – mana, bahkan Ryeowook saja bulan lalu sudah menikah kan? Aku tak mau terlalu lama menunggu cucu ku”
Ah, mengingat itu hanya membuatnya semakin stress. Memang ayahnya kira dia itu pria macam apa? Seenak perutnya saja menyuruh anaknya meminang wanita yang baru ditemuinya di mana saja. Sekarang apa yang harus ia katakana pada lelaki tua cerewet yang ia panggil ayah itu bila nanti ia mananyakan tentang pertemuan menteri pariwisata dan orang – orang penting itu? Tak mungkin ia menyembunyikannya, sekretaris Seo pasti akan diminta ayahnya untuk menjelaskan event itu bila ia tak menjelaskannya. Lagipula, hal ini pasti sudah sampai di telinga ayahnya mengingat salah satu investor merupakan rekan bisnis ayahnya. Hanya bisa menarik nafas panjang… lalu pria berperawakan tinggi itupun melepas jas nya dan duduk di tepi sungai Han, menikmati malam ini.
Langit malam ini begitu indah, tanpa bintang dan bulan yang meramaikannya. Sangat gelap.. sama gelapnya dengan perasaannya saat ini. Kelam.. begitu kelam seperti nasibnya sekarang. Dan kosong.. tepat seperti pikirannya saat ini. Betapa langit sangat bersimpati padanya atau ia sedang iba padanya? Ia sendiri tak tau dan tak mau menerka – nerka. Gadis berambut lurus sebahu itu membiarkan angin malam meniup lembut rambutnya. Ia sendiri mendudukkan dirinya di tepi sungai Han, sendiri tanpa ada kawan untuk berbagi kacaunya benaknya saat ini.
=to be continue=
itulah chapter 1, maaf kalau lama postnya. chapter 2 mungkin akan sangat lama mengingat mood je eun yang lebih nyasar nulis cerita sedih dan kesibukan je eun di sekolah dan menjelang ujian (walau masih lama sih)
thanks udah baca fic je eun yang masih amatir ini. please kasih kritik dan saran dong, biar Je Eun ada peningkatan
Well, sampai jumpa di next chapter!